TAHAP
ASOSIATIF
Pada
tahap ini siswa mulai mempraktekkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang
telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga sering disebut
sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa diharapkan mampu
mempraktekkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai
dengan karakteristik gerak yang dipelajari.
Permulaan
dari tahap ini ditandai oleh akan nampak penampilan yang terkoordinasi dengan
perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin
konsisten. Kemampuan melakukan gerakan dengan obyek/kejadian dari luar dan juga
memperbaiki kekurangan seperti perhatian tentang melakukan gerakan diri
sendiri, membiarkan siswa untuk mulai melakukan hal-hal yang baru. Hal ini juga
menguntungkan dalam kemampuan untuk beradaptasi ke dalam gerakan yang
disesuaikan pada berbagai kondisilingkungan.
Fase
belajar tingkat kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi,untuk dapat
melaksanakannya dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik.kesiapan
yang dimaksud antaralain:
1.
Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
2.
Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
3.
Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
4.
Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir
A. CIRI-CIRI UMUM
1. Latihan untuk perbaikan gerakan
sesuai dengan ketentuan
2. Latihan berulang-ulang untuk
memperkuat stimulus dan respons
3. Pada tahap ini sudah mulai efektif
cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri
dengan keterampilan yang dilakukan
4. Gerakan yang dilakukan sudah mulai
konsisten tetapi masih belum otomatis
5. peningkatan penguasaan kemampuan
koordinasi secara halus, yaitu kualitas gerakan yang dilakukan sudah meningkat.
6. semakin meningkatnya kualitas
gerakan.
Contoh:
Jika
seorang pemula belajar menembakkan bola ke dalam ring dalam permainan bola
basket hanya hampu memasukkan 2-3 tembakan dari 10 kesempatan, maka memasuki
tahap asosiatif ini, dia makin paham tentang misalnya berapa kira-kira tenaga
yang harus dikerahkan, atau bagaimana peranan dari pergelangan kaki dan
jari-jari untuk mengendalikan bola. Gerakannya tidak lagi untung-untungan, tapi
makin konsisten. Artinya, gerakannya makin terpola, dan dia semakin menyadari
kaitan antara gerak dan hasil yang dicapai.
Pada
tahap ini, seperti dikemukakan beberapa penulis (misalnya, Adams, l971: Fitts.
1964), tahap verbal semakin ditinggalkan dan si pelaku memusatkan perhatiannya
pada aspek bagaimana melakukan pola gerak yang baik, ketimbang mencari-cari
pola mana yang akan dihasilkan. Dalam eksperimen belajar motorik, tahap itu
oleh Adams disebut motor stage (tahap motorik).
B. CIRI KHUSUS
1.
Struktur Dasar Gerakan
Struktur
dasar gerak dapat diartikan sebagai susunan dari suatu gerakan. Susunan dasar
dalam hal ini adalah susunan yang selalu ada dalam pelaksanaan suatu gerakan, Contoh
: Seorang yang sedang berjalan tidak langsung melangkahkan kakinya untuk
berjalan, tetapi didahului mungkin oleh gerakan ayunan tangan atau gerakan
kepala
Suautu
struktur dasar gerak adalah fase-fase gerak yang setiap kali pelaksanaan suatu
gerak, fase awal disebut juga dengan fase persiapan, persiapan terbut meliputi
pengoptimalisasian dan pengkoordinasian kekuatan, kecepatan, dan ketepatan.
Bila persiapan fase awal tidak dapat dioptimalkan, maka pemecahan tugas gerakan
pada fase utama tidak akan tercapai secara optimal. Fase akhir adalah dimana
dilakukan pengembalian seluruh keseimbangan tubuh setelah pelaksanaan fase
utama. Contoh :lompat jauh
Indicator-indikator
gerak yang dapat dilihat dan diamati ketika lompat jauh adalah :
1. Ketepatan dan kesesuaian pemakaian
waktu, ruang dan pemberian impuls kekuatan pada otot untuk setiap pelaksanaan
gerak
2. Ketepatan dan kesesuaian pemberian
impuls kekuatan pada otot yang bekerja dapat dilihat dari adanya gerakan yang
berlebihan atau berkurang, keadaan keseimbangan tubuh dan gerakan-gerakan yang
tersendat atau tidak lancer
Indikator-indikator
gerak yang tidak sempurna ketika lompat jauh :
1. Terjadinya kelebihan gerakan yang
tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya transfer impuls tenag untuk
gerakan berikutnya
2. Kelebuhan gerak terbut diakibatkan
oleh impuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang dibutuhkan, akibatnya
2.
Irama Gerakan
Irama
gerak adalah ciri-ciri yang menggambarkan ketepatan antara pelaksanaan
bagian-bagian gerak dengan dimensi ruang dan waktu yang digunakan atau yang
diperlukan pada setiap gerakan.
Untuk
mendapatkan kemampuan irama gerakan yang baik,pada dasarnya harus dalakukan
latihan-latihan secara berulang-ulang terhadap bentuk-bentuk gerakan yang sama
pada fase ini dicirikan irama yang
tersendat-sendat dan kaku sudah tidak terlihat. Hal ini dikarenakan efek dari
semakin meningkatnya peran dan fungsi alat penerima informasi kinestetik
(otot-otot) dan perbaikan kemampuan antipasi gerakan.
3.
Hubungan Gerakan
Hubungan
gerakan adalah:suatui proses transfer impuls tenaga dari suatu bagian tubuh
yang lain atau proses transfer impuls dari suatu alat gerak ke alat gerak
lain.sehingga terjadi hubungan gerakan.
Indikator
yang dapat diamati dari hubungan gerakan yang tidak sempurna adalah : Terjadinya
kelebihan gerakan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan terganggunya
transfer impuls tenaga untuk gerakan, kelebihan gerakan tersebut diakibatkan
olehimpuls tenaga yang diberikan terlalu besar dari yang dibutuhkan.
4.
Luas Gerakan
Luas gerakan adalah : luasnya ruangan atau
lintasan yang terpakai dalam pelaksanaan suatu gerakan.
Indikator-indikator yang dapat
diamati untuk mengetahui kesalahan luas gerakan antara lain :
- Pemakaian luas gerakan untuk pelaksanaan suatu
gerakan tidak stabil
- Frekwensi gerakan yang terlalu rendah dapat
disebabkan karena ruangan yang terpakai untuk pelaksanaan suatu gerakan
terlalu luas,sehinggawaktu yang dibutuhkan juga berlebih dari yang
semestinya
- Frekwensi gerakan yang terlalu tinggi misalnya
dalam berlari atau berenang dapat disebabkan oleh ruangan yang terpakai
terlalu sempit
- Irama gerakan tidak konstan
5.
Kelancaran Gerakan
Kelancaran
gerakan atau aliran gerakan adalah suatu ciri-ciri yang menggambarkan kontinuitas
dari jalannya suatu gerakan. Untuk dapat melihat kelancaran gerakan, indikator
yang dapat diamati adalah : Kontinuitas jalannya gerakan Kecepatan atau
percepatan gerakan (terlalu cepat atau terlalu lambat)
Penyebab
kesalahan gerakan atau tidak lancarnya gerakan adalah: kemampuan kondisi
(kekuatan, kecepatan, dan daya tahan)dan kemampuan koordinasi yang masih
kurang, serta ketidak lengkapan, ketidak mengertian individu terhadap informasi
tentang gerakan yang harus dalaksanakan.
6.
Kecepatan Gerakan
Menurut
Sukadiyanto (2002: 109), kecepatan ada dua macam, yaitu kecepatan reaksi dan
kecepatan gerak. Kecepatan reaksi adalah kemampun seseorang dalam menjawab
suatu rangsang dalam waktu sesingkat mungkin. Kecepatan reaksi dibedakan
menjadi reaksi tunggal dan reaksi majemuk. Sedangkan kecepatan gerak adalah
kemampuan seseorang melakukan gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat
mungkin. Kecepatan gerak dibedakan menjadi gerak siklis dan non siklis.
Kecepatan gerak siklis atau sprint adalah kemampuan sistem neuromuskuler untuk
melakukan serangkaian gerak dalam waktu sesingkat mungkin. Sedangkan gerak non
siklis adalah kemampuan sistem neuromuskuler untuk melakukan gerak tunggal
dalam waktu sesingkat mungkin. Menurut Suharno HP (1993: 47), macam-macam kecepatan
yaitu: kecepatan sprint, kecepatan reaksi dan kecepatan
Sedangkan
menurut Ismaryati (2008: 57), kecepatan dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kecepatan umum dan kecepatan khusus. Kecepatan umum adalah kapasitas untuk
melakukan berbagai macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang cepat.
Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau
keterampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Kecepatan khusus
adalah kecepatan yang khusus untuk tiap cabang olahraga dan sebagian besar
tidak dapat ditranferkan, dan hanya mungkin dikembangkan melalui metode khusus.
Berdasarkan struktur gerak, kecepatan gerak dibedakan kecepatan asiklis,
siklis, dan kecepatan dasar. Kecepatan asiklis adalah kecepatan gerak yang
dibatasi oleh faktor-faktor yang terletak pada otot. Kecepatan siklis adalah
produk yang dihitung pada frekuensi dan amplitudo gerak. Kecepatan dasar adalah
kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai dalam gerak
siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari frekuensi dan amplitudo
gerak.
Secara
garis besar menurut Nossek (1982: 25), kecepatan dapat dibedakan menjadi 3
yaitu:
a.
Kecepatan berlari (sprinting speed) merupakan kemampuan organisme untuk
bergerak ke depan dengan cepat. Kecepatan ini ditentukan oleh kekuatan otot dan
persendian.
b.
Kecepatan reaksi (reaction speed) merupakan kecepatan untuk menjawab suatu
rangsangan dengan cepat. Rangsangan ini berupa suara atau pendengaran.
Kecepatan ditentukan oleh iribilitas susunan syaraf, daya orientasi situasi dan
ketajaman panca indra.
c.
Kecepatan bergerak (reaction of movement) merupakan kecepatan merubah arah
dalam gerakan yang utuh, kecepatan ini ditentukan oleh kekuatan otot, daya
ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan dan keseimbangan. Berdasarkan
pendapat diatas maka secara garis besar kecepatan dapat dibedakan menjadi
kecepatan khusus, kecepatan umum, kecepatan bergerak, kecepatan reaksi dan
kecepatan.
7.
Ketepatan Dan Kekonstanan Gerakan
Ketepatan
dan kekonstanan gerakan sangat menentukan sekali terhadap hasil yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan gerakan. Ketepatan gerakan dalam artian proses adalah
: ketepatan jalannya suatu rangkaian gerakan baik dilihat dari struktur dalam
gerakan maupun dilihat dari sistematika gerakan. Sedangkan ketetapan produk
adalah : suatu hasil yang diperoleh dari aktivfitas atau gerakn.
Menurut
MEINEL (1977,HAL 180) mengartikan ketepatan gerakan sebagai ketepatan atau
kesatuan antara perencanaan gerakan dengan hasil yang diperoleh. Pengertiannya
adalah bahwa setiap pelaksanaan gerakan selalu didahului oleh suatu gerakan
yang direncanakan pada pusat susunan syaraf.
8.
Bayangan Gerakan
dalam
ciri ini yaitu anak dapat membayangkan sesuatu apa yang akan digerakkan dengan
mengunakan alat indra mata (visual). Setelah melihat sebuah gerakan makan
gerakan itu akan dibayangkan dalam imajinasi anak tersebut dan ia mencoba untuk
melakukan suatu gerakan. Tahap asosisatif disebut juga tahap latihan jadi si
anak masih mengalami kegagalan dalam melakukan belum sempurna gerakannya. Si
anak sering melakukan gerakan agar dia terlatih. Semakin lama berlatih pasti
akan ada peningkatan dan melakukan gerakan dengan sempurna. Saat berlatih
melakukan gerakan juga sekaligus mengunakan pikiranya untuk membayangkan dan
menganalisis gerakan.
C.
CIRI KEMAMPUAN PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI TERKAIT STIMULUS
Belajar motorik ada lima indera penerima informasi antara lain :
1.
Mata ( Visueller Analisator )
2.
Kulit ( Taktiler Analisator )
3.
Otot-otot ( Kinesthetischer Analisator )
4.
Telinga ( Akusticher Analisator )
5.
Alat keseimbangan yang terletak pada bagian dalam telinga ( Statico
dynamisator )
Kelima indera penerima informasi tersebut dikelompokkan dalam dua kelompok
yaitu :
1.
Alat penerima informasi dari luar
Yaitu informasi
yang datang dari luar atau dari lingkungan sipelaku gerakan itu sendiri.
Diantaranya : mata, telinga dan kulit.
2.
Alat penerima informasi dari bagian dalam
Yaitu informasi yang berasal dari dalam diri sipelaku
gerakan itu sendiri tentang jalannya gerakan baik yang sedang berlangsung.
Diantaranya : otot-otot dan staticodynamisator.
D. IMPLIKASI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN DAN PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
Tahap
asosiatif dan implikasinya kedalam proses pembelajaran, fase belajar tingkat
kedua menuntut aktifitas belajar yang tinggi,untuk dapat melaksanakannya
dibutuhkan persiapan-persiapan yang tinggi dari peserta didik, kesiapan yang
dimaksud antaralain :
1.
Kesiapan dalam melakukan pengulangan-pengulangan latihan
2.
Kesiapan dalam menerima beban kerja fisik
3.
Kesiapan untuk berkonsentrasi penuh
4.
Serta kesiapan untuk turut aktif dalam proses berfikir
Jadi
tugas utama dari guru pendidikan jasmani dalam hal ini adalah melakukan
analisis kesalahan-kasalahan gerakan yang terjadi pada setiap fase
gerakan.sehingga peserta didik akan selalu melakukan pengendalian dan
pengaturan kembali penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama gerakan itu
berlansung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar